Friday, September 18, 2009

Menyudutkan Pada Pemikiran Sempit

Amir: Gue benci deh sama Malaysia.
Otong: Kok bisa?

A: Lah... Lu emang ga merhatiin kasus tari pendet?
O: Merhatiin, tapi kenapa lu bisa ikut-ikutan benci.

A: Ya iya lah... Masa budaya kita main klaim aja sama mereka. Kurang ajar namanya! Menurut gue yah... Pemerintah sudah waktunya untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia!
O: Tapi lu mikir ga, kalau ampe kejadian apa yang elu omongin, apakah kita siap menampung jutaan orang yang kembali dari Malaysia dan beri mereka pekerjaan?

A: Pembantu doang? Lah, disini aja kita sulit cari pembantu.
O: Ok. Tapi lu kira TKI di Malaysia cuma pembantu? Bagaimana yang bekerja sebagai white collar, bukan pekerja sembarangan? Kita juga siap nampung?

A: Eee...
O: Saran gue sih, lu jangan terlalu gampang termakan eforia membenci Malaysia. Semua itu bikinan media massa yang lebih mementingkan oplah atau rating. Semakin elu benci, semakin elu rajin melahap berita-berita yang disodorkan media. Otomatis, elu juga rajin melahap iklan-iklan disampingnya...

A: Jadi lu benci sama media?
O: Gue ga bermaksud mendiskreditkan media massa. Bukan.

A: Tapi maksud elo, iya kan? Media massa adalah biang kerok. Pemerkeruh suasana, gitu?
O: Terserah elo deh...

A: Ga bisa gitu dong. Lu musti tanggung jawab sama yang barusan lu omongin. Kalau elu nyalahin media, lalu media massa seperti televisi mogok kerja, lu siap rakyat Indonesia ga bisa nonton sinetron? Lu siap di demo rakyat yang saban hari kerja banting tulang, dapat duit ga seberapa, trus kehilangan hiburan dimalam hari berupa acara hiburan tidak bermutu bernama sinetron itu? Lu siap?
O: Lah... Lu kok mengarahkan gue pada pemikiran sempit elo itu?

A: Lah... Tadi bukannya elu juga sama dengan bilang semua itu bikinan media massa yang lebih mementingkan oplah atau rating? Bukannya elu juga mengarahkan gue pada pemikiran menyudutkan supaya kehilangan kesempatan berpikir lebih komprehensif?
O: Ah... Bisa aja lu.

A: Hehehe...
O: Hehehe...

***

Perbincangan diatas hanyalah sebuah karangan. Tapi saya coba menunjukkan bahwa untuk menang dalam sebuah debat adalah mengarahkan lawan bicara kita pada sebuah opini sempit yang menyudutkan dan beri sedikit ketegangan agar lawan tidak bisa berpikir lebih lebar.

Itu saja. Silahkan dicoba.

Kategori

info (205) foto (133) komentar ga penting (128) fotografi (123) Technology (104) Kantor (95) website (88) blog (84) Jakarta (78) comic strip (75) bisnis (71) karir (51) suara hati (51) senda-gurau (50) wisata (38) Bekasi (37) Internet (34) manajemen (31) kuliner (22) selebritis (21) soccer (21) Navision (20) iklan (14) kasus (14) sql server 2005 (13) buku (11) Greeting (10) movie (10) komik strip (9) novel (9) programming (9) televisi (9) Banjir (8) VCD/DVD (8) kopi (8) Vanessa (7) billiard (7) hypermarket (7) bogor (6) kesehatan (6) rumah (6) old document (5) Terios (4) basket (4) guru (4) Axapta (3) bioinformatika (3) azure (1)

My Instagram