Coba melanjutkan review mindset sukses-nya Ibu Jennie, tiba-tiba saya berhenti di halaman 25. saya menemukan poin penting ini:
Buku ini memaparkan startegi-strategi jitu menuju kebebasan finansial, namun perbedaan buku ini dengan buku-buku serupa lainnya adalah: perubahaan diri dari dalam merupakan kunci dari semua perubahaan kepemilikan materi yang akan anda rasakan.
Dengan kata lain, dengan spirit sukses yang besar dari dalam, maka kebebasan finansial sudah menjadi sesuatu yang pasti dialami. Tidak perlu lagi dicari jauh-jauh. Anda bisa menjadi kaya secara finansial jika anda memacu diri dengan satu alasan saja mengapa anda perlu mengeluarkan diri yang sukses dari dalam itu supaya terproyeksikan ke luar.
Sampai disini, Sebetulnya saya sudah mengerti poin dari buku Mindset Sukses secara keseluruhan. Intinya adalah: Janganlah serakah. Pikirkan untuk memenuhi kebutuhan(need) saja, bukan keinginan(want). Setelah anda menyetel pikiran itu, paksakan naluri/jiwa anda juga untuk selaras dengan pikiran anda. Jika sudah selaras, anda sudah berhasil menjadi orang sukses. Artinya, jika anda hanya membutuhkan sepeda(kayuh) untuk pergi kekantor yang Cuma 2 kilometer, ya sudah, seting pikiran anda bahwa jika anda sudah memiliki sepeda maka anda akan sama seperti multijutawan Sergey Brin dan Larry Page sang pemilik Google. Selesai.
Nah, berhubung saya baru menyelesaikan 20% dari isi buku dan mengetahui poinnya, apakah saya bisa mengikuti Teori Pareto 80-20 dengan berhenti membaca? Hmmm... sepertinya jangan. Teruskan membaca. Sebab dalam buku ini dibilang:
Anda perlu membaca buku ini dengan cara yang sama Anda melihat "gajah secara keseluruhan," bukan dalam bagian-bagiannya. Anda perlu perlu melihat si gajah bukan hanya belalainya saja, bukan hanya kakinya saja, dan bukan hanya ekornya. Namun anda perlu melihat gajah lengkap dengan gayanya berjalan yang menggetarkan bumi, dari poin A ke poin B.
Seperti Tantowi Yahya juga bilang, Makin banyak baca makin banyak tahu. Tidak banyak baca, makin dekat anda dengan kekayaan. Loh? Kok jadi nyinggung lelucon insiyur dan pengusaha? Halah.. ga penting. Baca baca!
Monday, July 02, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kategori
info
(205)
foto
(133)
komentar ga penting
(128)
fotografi
(123)
Technology
(104)
Kantor
(95)
website
(88)
blog
(84)
Jakarta
(78)
comic strip
(75)
bisnis
(71)
karir
(51)
suara hati
(51)
senda-gurau
(50)
wisata
(38)
Bekasi
(37)
Internet
(34)
manajemen
(31)
kuliner
(22)
selebritis
(21)
soccer
(21)
Navision
(20)
iklan
(14)
kasus
(14)
sql server 2005
(13)
buku
(11)
Greeting
(10)
movie
(10)
komik strip
(9)
novel
(9)
programming
(9)
televisi
(9)
Banjir
(8)
VCD/DVD
(8)
kopi
(8)
Vanessa
(7)
billiard
(7)
hypermarket
(7)
bogor
(6)
kesehatan
(6)
rumah
(6)
old document
(5)
Terios
(4)
basket
(4)
guru
(4)
Axapta
(3)
bioinformatika
(3)
azure
(1)
11 comments:
Mengutip dari kata2 anda "... Intinya adalah: Janganlah serakah... " mungkin kita juga perlu tahu perbedaan antara "ambisi" atau "serakah"... ambisi bisa memacu semangat untuk mencapai sesuatu, selama itu dalam hal positif bagus, selama dalam hal negatif mungkin bisa disebut "serakah"?... :)
@orangemood:
coba kita telaah antara serakah dengan ambisi berdasarkan wikipedia:
Serakah:
Greed is selfish excessive or uncontrolled desire for possession or pursuit of money, wealth, food, or other possessions, especially when this denies the same goods to others.
Ambisi:
Motivation In psychology, motivation refers to the initiation, direction, intensity and persistence of behavior (Geen, 1995). Motivation is a temporal and dynamic state that should not be confused with personality or emotion. Motivation is having the desire and willingness to do something. A motivated person can be reaching for a long-term goal such as becoming a professional writer or a more short-term goal like learning how to spell a particular word. Personality invariably refers to more or less permanent characteristics of an individual's state of being (e.g., shy,extrovert, conscientious. As opposed to motivation, emotion refers to temporal states that do not immediately link to behavior (e.g., anger, grief, happiness).
Berarti saya benar dong nyebutnya serakah, hehehe..
kalau saya nyebutnya "janganlah terlalu berambisi", malah jadi salah. karena ambisi itu sesuatu yang positif.
tapi makasih yah dah kasih masukan.
atau koreksi? mungkin ada yang bisa bantu...
lihat judulnya jadi ingat kuliah statistik hehe.. pareto
Memang benar seperti itu ambisi selama positif it's ok, maksud saya adalah poin yang menurut anda "jangan serakah" bisa di terjemahkan arti oleh orang lain sebagai suatu batasan diri lho.
Padahal, ketika seseorang ingin berhasil/sukses dalam segala hal, sikap pasrah terhadap keadaan harus ditinggalkan, yang diperlukan adalah sebuah ambisi untuk mencapai tujuan yang lebih baik/positif.
Anda ingin sukses? break your limit! more hardwork with smart way! intinya ketika seseorang ingin mengubah keadaannya menjadi lebih baik, orang itu harus bisa memacu dirinya sendiri lebih dan lebih lagi dan jangan membuat batasan diri... agak contrast dengan kata2 "jangan serakah" nya kan? :)
“Jika kita melakukan semua yang mampu kita lakukan, kita benar-benar akan mencengangkan diri sendiri.” Thomas A. Edison.
Adi is my best supporter. Keep reading, Adi. I'm proud of you. ;)
@anang:
wah, blogger seleb mampir ke blog aye nih.. jadi seneng nih... slamat datang om anang.
@Orangmood:
Haaa... I got your point. Ok-ok, my bad. Thanks for the input. This is because I do not read the book entirely.
tapi ngomong2, statement anda ini:
"Anda ingin sukses? break your limit! more hardwork with smart way! intinya ketika seseorang ingin mengubah keadaannya menjadi lebih baik, orang itu harus bisa memacu dirinya sendiri lebih dan lebih lagi dan jangan membuat batasan diri..."
Kalau berdasarkan buku yang kita acu sekarang, sepenuhnya jadi tidak benar. Mari kita lihat penggalan dari halaman 22 :
"Saya adalah sukses dan sukses adalah saya. Dengan menetapkan diri sebagai personifikasi sukses itu sendiri, maka segala respons dan interpretasi yang kita terapkan untuk diri sendiri dan untuk dunia dari kacamata kita merupakan penerusan dari sukses itu sendiri."
Terlihat disini untuk menjadi sukses, kita tidak mengawali dengan bermindset "break your limit!" TIDAK. Tapi dimulai dari yang sperti disebutkan barusan.
Got the point bro?
Keknya musti dikirimin bukunya nih.
Ada alamat emailnya ndak?
@Jennie:
Ah, bisa aja. Hehehe...
budaya baca emang penting.karena jaman globalisasi harus melek dalam sgala hal..
Saya sudah ada e-booknya thanks :) itu benar kalau mengacu pada bukunya Jennie, sedangkan yang saya katakan terlepas dari sana... itu mungkin mindset saya pribadi, terinspirasi dari pengalaman hidup, nasihat2, buku2 dan sumber lainnya...
by the way, untuk menjadi sukses, temukan mindset kita masing2, kita tidak bisa sepenuhnya "menelan" mindset orang lain, kita bisa menjadikan mindset orang lain sebagai inspirasi, kenapa? karena KEADAAN dan TUJUAN tiap2 orang berbeda.
Coba anda lihat buku2 yang lain, banyak banget kan mindset2nya? salah satunya ya Jennie itu. Lalu apa mindset anda? :) Sukses adalah saya, saya adalah sukses? Break your limit? bla3... why? or why not? you decided, not us. :)
Thanks for sharing.
@orangemood:
hehehehe... pak, no heart feeling yah. sori yah. Saya lagi belajar sok tahu soalnya, hihihi...
Penonton: "Yah, Tukang Ketik melempem"
Saya: "Biarin dah."
Karena anda sudah punya mindset sendiri, ya... mo diapain lagi. Ibarat agama, mo diperdebatkan siapa yang benar siapa yang ga benar, ampe ubanan juga ga ada yang menang. So, thanks juga untuk sharingnya. Jadi makin ngerti soal bagaimana mencapai kesuksesan.
@cempluk:
Ya iya lah...
Ayo cempluk, belajar yang bener, jangan baca komik doang. hehehehe...
hahaha... no no, ngga ada maksud menang/kalah disini... pure share, saya kan pembaca setia blog situ... :)
Iqro', iya, sekali lagi Iqro'
dalam agama juga jelas, 'Bacalah'
Post a Comment