Di satu sisi itu, saya mencintai kumpulan cerpennya, filosofi kopi yang benar-benar menggugah saya.
Di satu sisi itu, saya menyetujui sikapnya yang independen, menerbitkan buku tanpa penerbit mainstream.
Di satu sisi itu, saya selalu menunggu tulisan-tulisan manis nan penuh warna-warni di blognya.
Tapi kali ini, saya tidak menyetujui dengan pemikirannya mengenai berpisah:
Dalam semua hubungan, kita bisa saja menemukan 1001 alasan yang kita anggap sebab sebuah perpisahan. Namun saya percaya, penyebab yang paling mendasar selalu sederhana dan alami: memang sudah waktunya. Hidup punya masa kadaluarsa, hubungan pun sama. Jika tidak, semua orang tidak akan pernah mati dan semua orang tidak pernah ganti pacar dari pacar pertamanya. Kita bisa bilang, putusnya hubungan A karena dia selingkuh, karena bosan, karena ketemu orang lain yang lebih menarik, belum jodoh, dan masih banyak lagi. Padahal intinya satu, jika memang sudah waktunya, perpisahan akan menjemput secara alamiah bagaikan ajal. Bungkus dan caranya bermacam-macam, tapi kekuatan yang menggerakkannya satu dan serupa. Tentu dalam prosesnya kita berontak, protes, menyalahkan ini-itu, dan seterusnya. Namun hanya dengan terus berproses dalam aliran kehidupan, kita baru menyadari hikmah di baliknya.Pernikahan tidak bisa dipisahkan oleh apapun. That's It. *Ceileee... Penganten baru dah.. suiit... suiiiit...*
Walaupun begitu, saya hanya bisa coba mengerti atas apa yang diinginkan Dee, begitupun Marcel.