Bagaimana menjadi guru yang baik dan benar?
Belajar terus. Jangan pernah berhenti.
Belajar dari murid itu ngga dosa. Murid bisa lebih pinter, lho :)
Apa pengalaman paling mengesankan jadi guru?
Dikritik guru lain gara-gara waktu di jam beliau, anak-anak
mengerjakan tugas dariku.
*padahal... waktu jam pelajaranku atau jam lain, anak-anak mengerjakan
tugas dia atau belajar pelajaran beliau hihihi...
Mmmm... di'goda'in di kelas.
M (murid): "Miss, kalo angkatan 2002, berarti seangkatan dong sama
Nicholas Saputra?"
A (aku): *bengong, cuma alis berkerut*
M: "Miss angkatan 2002, kan?"
A: "Ngga. Kapan saya bilang begitu?"
T (teman-teman): *ngakak* "Sok tau looooooooo"
M: "Kirain. Abis miss keliatan kaya angkatan 2002, sih"
T: *ngakak lagi* "Huuuuuuuuuuuu"
A: "Halah halah. Dear, don't flirt with me"
Atau... "Miss, kok miss baik banget, sih?", waktu aku -yang saat itu
mulai terkikis kesabarannya- masih berusaha supaya anak-anak mau
denger & berusaha ngerti materi.
Atau... disangka temennya orangtua murid, waktu lagi duduk-duduk
bareng ortu murid di bangku.
Lalu disapa sama satu murid, "Mari, tante" dan si orangtua murid
marah, "Heh, ini guru kamu tauk!" hehehe... *kalem, bu... saya guru
baru dan ngga ngajar kelas dia, wajar aja ngga tau (eh tapi kan daku
pake seragam, yak?)
Ada aja, lah. Selalu ada cerita setiap hari :)
"Saya seorang S1, masak jadi guru... ga banget deh.." -> bagaimana kalau ada orang yang ngomong gitu?
Laaahh... Guru SMA kan minimal S1. Nyadar diri, atuh. Cuma punya persyaratan minimal kok protes :D
Maunya malah kalau bisa nanti guru yang S1 sekolah
Bukan guru SMA? Ya kembali ke pribadi. S2 ngajar SD juga gak protes, tuh. Iya, ada. Yang protes malah orang lain :)
Kalau memang maunya begitu, ya jalani aja. Gak usah mikirin pendapat orang lain :)
Kalau ngga mau, ya sudah jangan cela yang pengen :)
Guru itu profesi yang harus sepenuh hati. Jadi kalau setengah-setengah, kasian murid lha ya.
Masa buat anak kok coba-coba hehehe...
Ini satu yang harus dipikirkan: kalau profesi guru selalu jadi pilihan kedua atau seterusnya, maka kita akan diajar oleh orang-orang yang *mungkin* tidak sepenuh hati ingin dan kemampuannya tidak setinggi
mereka yang memilih *apapun itu* sebagai pilihan pertama.
Betul, kemampuan bisa dipoles. Guru SMP yang masih mendampingi saya sampai sekarang juga tidak memilih guru sebagai pilihan pertama. Guru adalah 'pengisi waktu senggang', kata beliau. Tapi toh beliau termasuk
wali kelas favorit yang dikenal mampu menangani 'anak-anak bandel', termasuk saya yang dimasukkan ke asuhannya hehehe...
Namun berapa banyak yang begini? Pilihan pertama tidakkah punya kemungkinan lebih besar untuk lebih ditekuni, lebih berhasil, dan lebih sreg di hati?
Kita butuh banyak orang yang MAMPU dalam keilmuan DAN memilih menjadi guru, ketimbang terpaksa menjadi guru (daripada ngga kerja, misalnya).
--
Thanks Lita untuk interviewnya ^_^
(Blog Lita -> http://lita.inirumahku.com )
Kategori
info
(205)
foto
(133)
komentar ga penting
(128)
fotografi
(123)
Technology
(104)
Kantor
(95)
website
(88)
blog
(84)
Jakarta
(78)
comic strip
(75)
bisnis
(71)
karir
(51)
suara hati
(51)
senda-gurau
(50)
wisata
(38)
Bekasi
(37)
Internet
(34)
manajemen
(31)
kuliner
(22)
selebritis
(21)
soccer
(21)
Navision
(20)
iklan
(14)
kasus
(14)
sql server 2005
(13)
buku
(11)
Greeting
(10)
movie
(10)
komik strip
(9)
novel
(9)
programming
(9)
televisi
(9)
Banjir
(8)
VCD/DVD
(8)
kopi
(8)
Vanessa
(7)
billiard
(7)
hypermarket
(7)
bogor
(6)
kesehatan
(6)
rumah
(6)
old document
(5)
Terios
(4)
basket
(4)
guru
(4)
Axapta
(3)
bioinformatika
(3)
azure
(1)