Berita mengenai Instruksi Gubernur (Ingub) DKI Jakarta No.115 tahun 2006 tentang Penundaan Perizinan Minimarket di Jakarta dicabut, sungguh menarik.
Menurut Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, pencabutan izin tersebut merupakan kesepakatan bersama antara eksekutif dan legislatif. Dengan demikian, keputusan itu harus segera ditindaklanjuti.
Dan menurut Asisten Perekonomian dan Administrasi DKI Jakarta Hasan Basri Saleh yang dihubungi oleh Detikcom, menegaskan pencabutan Ingub tersebut setelah melihat kebutuhan masyarakat akan minimarket semakin besar. Dan sebelum mencabut Ingub tersebut, Hasan mengaku telah melakukan survei permintaan pasar dan pelaku usaha.
Proses pencabutan ini mengundang pertanyaan. Yang jadi pertanyaannya, pelaksanaan survei permintaan pasar dan pelaku usaha, dilakukan oleh siapa. Kapan. Dimana.
Siapa. Jika dilakukan oleh tim internal Gubernur, artinya tidak objektif.
Kapan. Ya, kapan. Masyarakat tidak tahu.
Dimana. Survey dimana? Kalau dikomplek perumahaan orang kaya, wajar kalau mereka lebih memilih minimarket dibanding toko sembako.
Ada komentar-komentar yang menyiratkan bahwa Gubernur Jakarta disogok oleh pemodal besar/pemodal asing.
Es De
Pembatasan Minimarket Dicabut, Foke: Itu Kesepakatan Bersama : MENCERMINKAN PENGUASA HANYA MEMIKIRKAN PEMODAL BESR DAN KUAT, MENGANGGAP DAN MENGABAIKAN muntah WONG CILIK muntah WARUNG SEMBAKO KECIL YANG MODAL KECIL DAN LEMAH, YANG PADA AKHIRNYA WARUNG SEMBAKO KECIL TIDAK LAGI MAMPU BERSAING. MINIMARKET SELAIN MENJAMUR MASUK GANG GANG KECIL, BUKANYA JUGA 24 JAM, PEJABAT PEMERINTAH MEMENTINGKAN UPETI / SETORAN DARI PEMODAL BESAR
guest
demi mengurangi anaraki orang2 kalangan bawah maka masukanlah orang asing ke indon utk investasi sebesar besarnya. perbanyaklah mini market pula...dengan perbanyakan itu maka terjadilah persaingan...kalo yg tidak baik akan mati. itu cocok utk mendidik bangsa ini...karena tidak dimanja terus menerus dicekoki subsidi dan dibela terus...sdh saat nya bangkit....hiduppp fokeeee
--
Jika kita search di Detikcom, memang ada salah satu minimarket, yaitu Alfamart, diberitakan bahwa alfamart sudah dimiliki oleh pemodal asing.
Rabu, 07/12/2011 12:47 WIB
Investor Asing Borong Saham Alfamart Rp 1,5 Triliun
Investor asing memborong saham pemilik Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), senilai Rp 1,544 triliun. Sahamnya dibeli di harga Rp 4.500 per lembar.
Menurut data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (7/12/2011), transaksi dilakukan di pasar negosiasi yang difasilitasi oleh CIMB Securities (YU) selaku penjual dan Citigroup Securities (CG) selaku pembeli.
Transaksi hanya dilakukan satu kali di harga Rp 4.500 per lembar. Harga eksekusi itu setara dengan harga saham AMRT pada penutupan perdagangan kemarin.
Sebanyak 686.355 lot atau setara 343,177 juta lembar (9.9%) sahamnya diborong oleh investor asing tersebut. Hingga saat ini belum diketahui identitas investor asing tersebut.
--
Berita ini menunjukkan bahwa memang Alfamart sudah dimiliki oleh pemodal besar. Dan untuk membalikkan modal yang telah dikeluarkan dari pembelian Alfamart, maka segala rintangan yang bisa menghambat keuntungan, akan dilakukan oleh pengusaha/si investor asing termasuk membatalkan peraturan pemerintah.
Jadi, kemungkinan apakah Fauzi Bowo disogok, yang dirunut kebelakang dengan pembelian Alfamart sebesar 1,5 triliun pada 2 bulan yang lalu, adalah besar.
KESIMPULAN
Saat ini, apa yang perlu disikapi oleh kita?
Biasa saja.
Tidak perlu menolak ataupun mencaci maki pemerintah daerah Jakarta. Karena Alfamart pun sebetulnya banyak yang rugi.
Masyarakat Jakarta sudah sadar harga barang. Sudah banyak masyarakat Jakarta yang enggan membeli Cheetos di Alfamart karena harganya lebih tinggi dibanding di warung rokok. Jika di Alfamart harga Cheetos bisa 1.100,- di warung rokok hanya 1.000. Crossing margin yang dilakukan oleh Alfamart terhadap barang dagangannya lambat laun akan dimengerti oleh rakyat biasa dan mereka akan lebih memilih berbelanja ditempat yang harganya lebih murah. Jika harga beras di toko sembako lebih murah dibanding di Alfamart, maka orang-orang akan lebih memilih berbelanja beras di toko sembako. Jika harga kopi lebih murah di Alfamart, maka orang-orang akan lebih memilih berbelanja di Alfamart dan hal ini sebetulnya tidak berpengaruh terhadap penjualan toko sembako karena mereka bisa membatasi penjualan kopi.