Monday, August 06, 2007

Efek Wall Street terhadap Investor Indonesia

Detikfinance memberitakan bahwa Bursa saham di Wall Street menutup akhir pekan lalu dengan menyedihkan. Indeks saham Dow Jones, Nasdaq dan S&P kembali berguguran karena investor ketakutan akan krisis kredit macet sektor perumahan (subprime mortgage) di AS yang berkepanjangan.

Pelemahan bursa saham di Wall Street tersebut dikhawatirkan akan menyeret kembali pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (6/8/2007) ini.

Saya coba bertanya dengan Pemain saham lokal yang sudah malang melintang cukup lama. Namanya Andy Nahil Gultom.

Tanya:
Andi, bagaimana efek dari jatuhnya indeks saham Dow Jones, Nasdaq dan S&P ?

Bagaimana efek buat investor Indonesia?

Buat orang-orang kayak Anda, pemain saham, apa yang harus dilakukan?

Thanks.

Jawab:
Simpelnya...... Ga ngaruh...

Kenapa?

Pemain saham ada 2 tipe, Tipe I beli saham fisik, Tipe II yg beli hak utk membeli saham ( stock option ).

Tipe I, hanya bisa jual saham, dan ambil untung ketika sahamnya naik. Contoh dia beli saham apple 1 lembar senilai $ 50. Ketika naik jadi $52, dia untung $2. Tapi ketika turun jadi $48, yah dia rugi sebesar $2.

Tipe II, bisa jual saham dan ambil untung ketika sahamnya naik atau turun. Kenapa bisa? Karena dia sebenarnya hanya beli opsi-nya ( beli hak untuk membeli /call option atau beli hak untuk menjual / put option , tentunya dengan membayar sejumlah premi )

Ilustrasinya :
A. Saham apple senilai $ 50, kita beli call opsinya ( paling harganya $ 1-10 ) dengan expire 1 bln. Kalau setelah 1 bulan harga apple di $ 52, kita akan untung sebesar $ 2, tetapi kita ternyata hanya butuh modal $ 1- 10 ( kan tadi buat bayar preminya saja). Nah kalo setelah 1 bulan ternyata harga apple di $ 48, kita tidak perlu executed, jadi rugi kita pun hanya sebesar premi.

B. Saham apple senilai $ 50, kita beli put opsi ( forecast kita hrgnya selama 1 bln ke depan bakal turun ), kalau setelah 1 bulan harga apple di $ 48 kita akan untung sebesar $ 2, tetapi kita ternyata hanya butuh modal $ 1- 10 ( kan td buat bayar preminya saja). Nah kalau setelah 1 bulan ternyata harga apple di $ 52, kita tidak usah executed, jadi rugi kita pun hanya sebesar premi.

Intinya pada tipe II ini, kita bisa untung meskipun Dow Jones, Nasdaq, S&P ataupun indeks apapun naik atau turun. Kan tinggal pilih strateginya, call option atau put option.

Untuk investor indonesia, sebenarnya apapun yg terjadi di USA, itulah patokan kita di Indonesia, artinya kalau kita ambil saham lokal, yah liat-liat bagaimana kondisi holding company di headquarternya. Tapi kalau kita mainnya di IHSG ( Indeks Harga Saham Gabungan), biasanya pergerakannnya searah dengan yang di Dow Jones, Hangseng, Nasdaq dll. Artinya kalau di luar sana menguat, yah kita juga menguat, dan sebaliknya.

Sekian dari saya.

Andy Nahil Gultom
TPDG Bank Niaga
blueandy_2000@yahoo.com

1 comment:

Anonymous said...

Soal pembelian non fisik (opsi) itu, saya ga tau apa di Indonesia lebih banyak.

Tapi saya setuju sama poin terakhir soal acuan ke stock market AS. Seluruh dunia juga liat ke sana soalnya.

Kategori

info (205) foto (133) komentar ga penting (128) fotografi (123) Technology (104) Kantor (95) website (88) blog (84) Jakarta (78) comic strip (75) bisnis (71) karir (51) suara hati (51) senda-gurau (50) wisata (38) Bekasi (37) Internet (34) manajemen (31) kuliner (22) selebritis (21) soccer (21) Navision (20) iklan (14) kasus (14) sql server 2005 (13) buku (11) Greeting (10) movie (10) komik strip (9) novel (9) programming (9) televisi (9) Banjir (8) VCD/DVD (8) kopi (8) Vanessa (7) billiard (7) hypermarket (7) bogor (6) kesehatan (6) rumah (6) old document (5) Terios (4) basket (4) guru (4) Axapta (3) bioinformatika (3) azure (1)

My Instagram